Jumat, 28 November 2008

Kenangan trauma coping Pangandaran 2006

Si kecil yang brutaaaal!

agni malagina


Catatan dari Komendan:



Alhamdulillah, selesai sudah rangkaian kegiatan FIB UI Program“Trauma Coping for Children”, Pangandaran 10 Agustus – 3 September 2006 yang didukung oleh Sekar Telkom dan Wanadri. Melepas segerombolan mahkluk kecil yang brutal dari Madasari Bulak Benda adalah hal terberat yang kami rasakan. Rasa tunai sudah bakti kami dihajar oleh rasa cinta dan perhatian lebih pada adik-adik yang semakin menjauh. Saat menatap mentari senja yang mulai suram, perlahan menelan bayangan mereka yang makin jauh. Entah kapan bisa bertemu mereka lagi. Entah kapan bisa melihat celoteh cerewet bawel bandel bangornya mereka. Entah kapan….?!
Semakin sunyi senyap….angin laut yang membawa angin dingin dari Benua Australia mulai melukai hati kami yang ditinggalkan bayang-banyang anak senja di pantai Cidadap. Perlahan kami yang tersisa di pantai mulai bergerak kembali ke base camp.
Malam turun bersama dingin angin yang bertiup. Para fasilitator mulai berdatangan dari mengantar anak-anak pulang. Rapat evaluasi pun dimulai.
Pukul 20.00, baru kali ini rapat evaluasi diadakan tepat waktu. Dan semua dalam keadaan tertib. Satu persatu mulai bicara melaporkan kegiatan hari ini. Cerita yang mengharu biru pun menghiasi ajang curhat terakhir. Evaluasi kegiatan tetap dalam jalur formal dengan tambahan evaluasi kegiatan secara umum. Evaluasi tanggal 3 September termasuk evaluasi pergerakan tambahan acara perpisahan dengan semua anak-anak wilayah Legok, Logodor, Cidadap dan Madasari. Dengan acara bebas, termasuk main flying fox untuk siapa saja. Sampai pada kesimpulan kegiatan berhsil dilaksanakan sampai tutup program. Namun dengan berbagai catatan tambahan.
Kerja belum usai, masih harus evaluasi hasil yang berkala.
Anak-anak di beberapa tempat masih perlu mendapat perhatian lebih. Seperti anak-anak camp Madasari RT 08 yang jauh dari pemukiman desa. Menyebabkan anak-anak agak terisolir. Beberapa anak di beberapa daerah sudah putus sekolah, dan banyak lagi yang terancam putus sekolah.
Trauma tidak hanya terjadi pada anak-anak. Trauma pada orang tua justru menjadi penghalang anak untuk bermain ke pantai. Trauma orang tua seringkali mengekang anak untuk kreatif.
Sarana dan kegiatan bermain anak-anak masih sangat kurang. Besar kemungkinan dari kurangnya anak bermain akan mengurangi aktifnya kemampuan motorik mereka. Yang akan berakibat penurunan daya cipta dan kreativitas anak.
Beberapa daerah camp pengungsi mulai kekurangan logistik dan berbagai kebutuhan. Bahkan ada camp yang membutuhkan jam dinding. Saran air bersih dan MCK masih sangat minim. Keadaan tenda yang sangat sederhana mulai menimbulkan masalah ketika menjelang musim hujan. Bahkan ditemukan lipan di bawah alas tidur.
Ketengangan yang timbul dengan sebuah organisasi relawan dari sebuah partai merupakan catatan khusus bagi kami. Satu kasus muncul di Camp Cidadap. Ketika program yang akan kami laksanakan bentrok dengan program pildacil yang akan diadakan organisasi tersebut. Menurut informasi warga, acara tersebut sangat mendadak. Sampai kami harus sedikit main keras. Karena hanya ada dua pilihan, program di Cidadap dilanjutkan atau dibatalkan. Namun kami menyerahkan semua keputusan pada warga. Alhamdulillah, warga mengijinkan anak-anak bermain bersama kami selama dua hari.
Selesai evaluasi dari fasil dan tim teknis, dilanjutkan acara curhat dadakan. Semua uneg-uneg, dendam, suka, syukur, sedih, maaf, berbagai rasa dan ekspresi dikeluarkan. Kang Dadang ketua puun sekaligus ketua rombongan Wanadri mulai angkat bicara. Berondongan ucapan terima kasih dan sapaan-sapaan akrab datang bertubi-tubi. Dilanjutkan dari kawan-kawan yang mengungkapkan hal yang senada. Sangat menyenangkan berada diantara kalian! Kondisi kerja yang kondusif, aktif, atraktif menjadi semangat untuk menyelesaikan program. Tak jarang muncul masalah intern atau ekstern yang tidak dapat dihindari. Sampai harus bersitegang atau bahkan berurai air mata. Namun semua tetap semangat sampai titik darah penghabisan. Alhamdulillah….selesai….
Catatan hari Senin, 4 September 2006
Senin pagi, hari ini adalah hari pergeseran semua relawan ke Pangandaran. Semua sisa logistik sudah dibagikan. Paket buku peralatan sekolah dan bantuan baksos dari mahasiswa baru FIB UI (program reguler S1 dan Diploma D3) sudah dihasbiskan. Dan abeberapa dus akan diserahkan di dua daerah yang pernah kami singgahi, yaitu Karang Jaladri dan Cikembulan. Sumbangan buku peralatan tulis dari FIB UI yang disertai surat cinta dari kakak-kakak di Depok merupakan sentuhan sayang kepada anak-anak. Pada saat perjalanan pulang tim yang menggunakan motor bertemu dengan anak-anak di penyeberangan, ada yang bertanya “kak, itu buku-buku dan alat tulis dari siapa ya?”
Kami menjawab, “itu dari kakak-kakak yang ada di Depok. Kakak-kakak yang tidak bisa datang ke sini. Suka nggak?”
Serentak menjawab, “sukaaa….ada suratnyaaaaaa!”
Kami menjauh meninggalkan mereka yang berdiri di seberang. Kapal mungil mulai bergerak membawa kami menjauhi mereka. Sempai kami ambil foto mereka dan mereka berpose layaknya foto model!
Saat motor berjalan melewati camp, ada yang berteriak,” Kakaaaaaak…kakak….”
Saya menoleh..beberapa anak berdiri di depan tenda mereka. Dan berteriak lagi,”Kapan datang lagi ke sini?”
Saya hanya melambai tangan. Tak terasa, mata mulai panas. Semakin melambaikan tangan, semakin terlihat mereka bergerak mengejar. Tapi rupanya larinya sang motor sangat kejam. Memisahkan kami dengan adik-adik yang ada dibelakang kami.

Sampurasuuun

Tidak ada komentar: