Senin, 14 September 2009

Mustofa: Malam ini, terakhir dalam sunyi sampai nadi terhenti nanti

Ya Rabbi bil Musthofa
balligh maqoshidana
waghfir lana ma madho
Ya Wasi'al karomi...


Suatu ketika saat malam sampai pada puncak suramnya, aku menengarai bunyi gesek biola dan Asma Allah dan sang Nabi disebut. Malamnya malam membawa pada sepi yang mulai meniupkan angin dingin menyentuh rona semu tengkuk. Teringat perjalanan liku dan ragu penuh pilu. Hanya ingatan itu yang masih tersisa dan membuatnya tetap ada. Tak terasa, saat tatap dinding putih itu, mata pun bersemuka dengan rasa. Hanya ada rasa dahaga yang tak terbayar oleh air mata. Kurang dari sedepa tertunduk sampai pada nama tertinggi senar terpendar dalam nada bernada.

Terdengar bunyian Mustofa dalam getar doa. Hanya ada malam ini yang begitu sunyinya sampai menebar wangi melati suci. “Wahai Tuhanku dan Tuhan Nabi kami Muhammad, kabulkanlah segala keinginan dan cita-cita kami. Dan ampunilah apa yang telah kami lakukan di masa yang lalu. Duhai Engkau Tuhan, yang membukakan pintu rahmat.”
Hanya ada rasa itu dalam dada. Berkecamuk bertumbuk dalam jiwa raga. Menggetarkan ujung-ujung semburat halus vena arteri yang membawa nafas. Hanya ada rasa itu. Bergejolak melonjak menembus hipotalamus. Mengunci ingatan terdahulu yang membangun jiwa kini. Tak ada lagi rasa sesal kekal. Hanya serah jiwa yang menjadikannya hampa. Catatan ini hanya menjadi milik malam seorang sendiri sahaja.

Malam ini, terakhir dalam sunyi sampai nadi terhenti nanti

agni

tengkyu kang okeu yang nerjemahin dengan penuh haru plus nulisin latin arabnyah