Jumat, 28 November 2008

Ekspedsi Trike Wanadri Menegpora 2008: Alor

Alor: Penerbangan yang tertunda


agni malagina


Alor menjadi pilihan singgah PKS 205 sebelum pesawat mini ini memasuki Pulau Kisar. Dahsyat W 553 ER dan Anthonius Hutagalung W 861 HR menceritakan pengalaman tim groundcrew Alor menyambut PKS 205 medio 31 Mei - 8 Juni 2008.

Dahsyat mengaku memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan ekspedisi ini. Ia mengatakan bahwa ada semangat kuat yang dimiliki oleh setiap anggota ekspedisi untuk menumbuhkan nilai-nilai kejuangan dan semangat kebangsaan. Ia manambahkan bahwa keberangkatannya bersama Anton tidak hanya membawa semangat Ekspedisi Trike saja. Misi eksplorasi wilayah menjadi salah satu akspek yang menarik dalam perjalannya. Apabila Anton mengaku lebih banyak menghabiskan hari-harinya untuk persiapan teknis pendaratan dan pemberangakatan pesawat Kang Ujang, maka Dahsyat mengatakan lebih banyak berkoordinasi dengan pelbagai pihak sekaligus mengamati bagaimana kondisi ekonomi sosial budaya masyarakat Alor.

Setibanya di Alor tanggal 31 Mei, mereka segera melapor kepada pihak terkait terutama dengan pihak Danlanud Eltari. ”Kita lapor pada pihak-pihak terkait di daerah tersebut. Sebenarnya ada rasa bingung apa yang harus kita hadapi di daerah baru tersebut. Kita menjelaskan misi kegiatan Trike juga termasuk menjelaskan misi tentang penggalangan dana untuk membangun rumah sakit. Saya pikir daerah-daerah perlu memanfaatkan kegiatan ini. Alor juga bisa mempromosikan daerah itu. Ternyata respon dari mereka pun positif,” ujar Dahsyat. Dahsyat mengaku senang berada di Alor, terlebih ketika melakukan koordinasi. Termasuk ketika berhubungan dengan nelayan di Alor. “Angkatan laut cuma punya 1 kapal di Alor. Sedangkan ada ratusan kapal nelayan yang selalu beroperasi. Kita minta ke syahbandar untuk membuka komunikasi dengan para nelayan, untuk meminta dukungan pantau. Semua kapal barang dan ikan memberikan respon positif. Pada saat itu dijelaskan kondisi pesawat yang akan datang dan meninggalkan Alor. Mereka siap untuk memantau perjalanan Trike dari laut Kekuatan yang Dahsyat,” ujar Dahsyat. Pada saat yang bersamaan, keberhasilan koordinasi komunikasi Mali – Kupang tidak dibarengi dengan kelancaran komunikasi Mali – Kisar. Saat itu hubungan dengan groundcrew atas nama Anthony”Anset”Setiawan W 793 ARA terputus.


Kendala komunikasi menjadi catatan penting pada titik pemberhentian kali ini. Tak ingin berpanjang sedih, Dahsyat dan Anton berusaha mengkondisikan lapangan. Koordinasi dengan BMG pun dilakukan jauh hari sebelum PKS on position di Alor. Segera setelah urusan teknis selesai, Dahsyat dan Anton melakukan koordinasi dengan Pemda untuk upacara penyambutan.
Pesawat Trike yang akan mendarat bisa mencuri perhatian pelbagai pihak. Dengan BBM yang tidak mahal, pesawat ini bisa digunakan untuk memantau wilayah daerah sekitar. Dukungan para warga, ojek nelayan dan kelompok – kelompok pemuda pun turut membantu. Mereka ingin terlibat mendukung kegiatan, termasuk menjaga pesawat. Bahkan ketika pesawat sudah mendarat di Alor pada tanggal 4 Juni 2008, lebih dari 1.000 orang berfoto bersama pesawat. Pada saat Kang Ujang beraudiensi pun antusiasme dari para pemuda daerah, dari siswa SMP, SMA, serta para pencinta alam sangat besar. Masalah nasionalisme dan kebangsaan pun menjadi pembicaraan hangat saat itu. Sambutan warga di sana sangat bagus. Kang Ujang bercerita kisahnya terbang dari sabang sampai titik dia mendarat. Semua orang terharu, seperti tersihir.
Rencana keberangkatan Kang Ujang dari Alor menuju Kisar terhambat karena kerusakan pada sistem pelacakan udara (aircraft tracking system).

Akhirnya Anset pun contact tim Mali pada tanggal 5 Juni 2008 pukul 07:00 WITA. Sempat sehari sebelum terbang Kang Ujang dalam keadaan tegang karena sudah 2 hari tertahan di Alor. Mereka juga mengatakan sempat menghadapi situasi sulit menghadapi karakter Kang Ujang yang keras. ”Pernah Kang Ujang ingin berangkat ingin lebih awal. Pun harus dibilang ada jemputan dengan mobil Bupati, tapi Kang Ujang malah nekat naik motor. Terpaksa kita berkelit kepada Bupati dengan alasan Kang Ujang harus menangani pesawatnya sendiri,” kata Anton yang merasa bahwa pada waktu itu tidak bisa berbuat banyak. ”Terjadi kesalahan fatal,” ujar Dahsyat, ”saya lupa membantu petugas radio bandara. Kebetulan kita sudah dekat dengan warga. Dengan segera Bapak penjaga radio tersebut datang sangat awal. Akhirnya radiopun aman.” Alhamdulillah Kang Ujang bisa terbang pada tanggal 6 Juni 2008 menuju Pualu Kisar. Ketegangan sempat terjadi karena Kang Ujang dan pesawatnya sempat menghilang dari pantauan. Namun setelah mendapat kabar bahwa Kang Ujang sudah sampai di Kisar, semua tenang.


Dahsyat yang gemar jalan-jalan pun tak melewatkan kesempatan mengamati keadaan di Alor. ”Saya sempat mengunjungi pulau sekitar Alor. Bahkan ada warga Alor yang tidak tahu daerah tersebut Sangat indah. Tenun pun sangat indah. Seharusnya ada komunikasi dengan warga guna meningkatkan kesejahteraan dengan kegiatan perniagaan. Cengkeh, vanili, kemiri adalah produk yang dapat dijadikan primadona dari daerah ini!” ujar Dahsyat yang sempat menyebarkan ”paham” semangat menanam pohon pada warga.
”Alor memiliki potensi perikanan yang besar juga, perlu diperhatikan!” tambahnya.

Ekspedisi Trike lintas Sabang – Merauke agaknya membawa efek domino permasalahan kebangsaan. Cinta tanah air ......

Tidak ada komentar: