Jumat, 28 November 2008

Ekspedisi trike Wanadri Menegpora 2008: Babar

Saumlaki, Babar: Dia yang Hanya Melintas Saja
agni malagina


Sender: +6281383806xxx
20 Mei 2008, 20:33
Di sini lampu mati bergiliran, spt kota mati, orgnya tdk bisa bergaul, ada hiburan sangat mahal, skrg lagi hujan badai, gw sendirian lg ditemani lilin kecil


Dibalas,
hahaha loe puitis melankolis gitu. Ya udah mau gak mau kan harus dilalui juga. Hiburan mahal? Hiburan apaan tu?

Sender: +6281383806xxx
20 Mei 2008, 20:54
Bir aja 40 rb/botol, , itupun cuma 1 tempat, wah sudah ga mungkin! gw cuma sdkt boring aja, tp gw siap melewatinya, KOMANDO!

dibalas
Siap...naa itu baru Wanadri, ok lanjut, KOMANDO...!!!! baru ini yang bisa kita berikan untuk bangsa. Slmat bertugas

Itulah gambaran haru perasaan seorang groundcrew menghabiskan malam – malam di Saumlaki. Dengan fasilitas genset satu hari genset menyala, satu hari mati, yang hidup pun hanya pada setengah malam saja. Kejenuhan dalam bertugas tak terelakkan. Pesan-pesan pendek itupun dikirim untuk staf puskodal di Jakarta.
Perjalanan Andreas Ariano dan Erwin Gumay berlanjut setelah meninggalkan Anset di Kisar. Dengan menumpang kapal Abadi Permai, mereka melanjutkan perjalanan ke Pulau Babar dan menurunkan 2 jerigen. Di pulau Babar kapal hanya berhenti untuk lego jangkar sekitar 1 – 2 jam sehingga mereka hanya memerlukan waktu singkat untuk menurunkan jerigen dan berkoordinasi dengan Pemda setempat. Segera mereka melanjutkan perjalanan ke Saumlaki untuk menurunkan 4 jerigen BBM dalam waktu berlayar selama 2 hari. Kali ini mereka menginap satu malam. Keesokan harinya Erwin harus melanjutkan perjalanannya ke Tual, Andreas tetap tinggal di Saumlaki untuk meneruskan perjalanan dorlog BBM menuju Pulau Babar.
Setelah berpisah dengan Erwin, Andreas mengontak Camat Babar (Ari Kilikili) yg sedang berada di Saumlaki untuk menginap, namun ada saat itu tidak memungkinkan. Diputuskan untuk menginap di penginapan. Mengingat kondisi keuangan yang tidak berlebih, maka muncul inisiatif mencari rumah yang kamarnya dapat disewakan untuk satu bulan. Koordinasi kembali dilakukan dengan Pak Camat untuk mengetahui jadwal kapal Abadi Permai untuk perjalanan menuju Pulau Babar.
Tanggal 23 Mei 2008 berangkat dari Saumlaki menuju Babar. Perjalanan menyita waktu selama 2 hari. Sebelum masuk Tepa (Pelabuhan Babar), kapal terlebih dulu masuk Kroing di Kecamatan Babar Timur. ”Pada saat itu ada 4 camat dengan keluarga-keluarganya. Camat Babar Timur, Pulau-Pulau Babar, Moa, dan Donahera. Kita berada dalam satu kapal, karena saya tamu kehormatan, di kapalpun KALWEDO. Di kantin hanya tersedia Red label, bukan sophie. Saya minum supaya nyenyak tidur karena gelombang lumayan tinggi. Setelah minum malah tambah goyang. Kacau. Minum bersama 4 camat dan Mualim 1. Si gondrong juga ikut,” ujar Andreas tak kuasa menolak tradisi Kalwedo dengan Red Label.
Andreas tiba di Kroing keesokan siang harinya. Kapal tidak bisa berlabuh karena ombak tinggi. Cukup lama kapal tertahan di perairan Kroing, para camat pun turun. Alasannya baru diketahui keesokan harinya bahwa dari Kroing ke Tepa ternyata bisa melalui jalur darat. Dari Kroing menuju Tepa harus melewati Pulau Sermata kemudian kembali ke Babar. Jalur ini pun berombak tinggi. Gelombang datang dari kanan kiri muka belakang. Posisi kapal pun oleng selalu. ”Kondisi kapal memprihatikan. Semua goyang dan semua bau. Akhirnya muntah juga!” kata Andreas yang mengaku hanya sekali mabuk laut.
Andreas akhirnya sampai di Tepa dan tinggal selama 3 minggu. Saat melakukan survey lokasi rencana pendaratan di Letwurung di Kecamatan Babar Timur, banyak didapati sungai-sungai, baik besar maupun kecil. Perjalanan ditemuh dalam waktu 5 jam. Apabila ada fasilitas jembatan perjalanan dapat ditempuh dengan 2 jam. Jalur Tepa - Letwurung sebenarnya mudah dilalui bila proyek pembangunan jembatan cepat dikerjakan sampai tuntas. Pada kenyataannya di lapangan banyak proyek yang terbengkalai. Entah karena kekurangan dana atau dana dilarikan oleh kontraktor nakal.
Perjalanan menggunakan motor pun wajib masuk ke dalam sungai. Sungai Air Besar merupakan salah satu sungai yang paling sulit diseberangi. Dengan lebar sampai 20 meter dan kedalaman hampir mencapai ½ meter, motor yang melalui sungai itu bisa saja terbawa arus sungai yang cukup deras bila tidak berhati-hati dan penuh perhitungan. Di antara pulau-pulau di MTB (Maluku Tenggara Barat ). Babar merupakan pulau tersubur dengan area pegunungan dan hutan yang cukup besar. Pulau Babar merupakan pulau yang paling banyak sumber mata air nya dibandingkan pulau-pulau lain di kawasan MTB dikarenakan Pulau Babar adalah daerah pegunungan yang sangat banyak hutannya. Tanahnya subur sehingga daerah ini banyak menghasilkan rempah-rempah seperti: pala, lada, kopra, kayu putih, dan lain-lain. Hewannya pun beragam seperti sapi, kambing, babi, baik yang dipelihara maupun liar di dalam hutan. Untuk hasil lautnya terdapat seperti ikan laut, teripang, dan ikan hiu.
Survey panjang di Letwurung (Babar Timur) selesai. Persiapan sudah dilakukan, penyambutan sudah direncanakan dengan baik. Antusiasme warga menyambut pesawat pun tampak dari persiapan yang dilakukan, memotong ayam, memasak daging dan lain-lain. Dalam rencana operasi, Pulau Babar merupakan RTB (Return to Base). Artinya, pada tanggal 7 Juni 2008, Pulau Babar akan disinggahi bila terjadi sesuatu masalah pada pesawat atau cuaca buruk. Dan pada hari H, PKS 205 tidak mendarat di Babar. Informasi RTB ini sudah diinformasikan sebelumnya kepada Camat dan semua kepala desa sehingga mereka mengerti ketika pesawat tidak mendarat di Babar, berbeda dengan warga yang belum mendapatkan informasi tersebut sehingga mereka sedikit kecewa. Namun apa daya, ketika Puskodal memberi kabar bahwa pesawat sudah aman melewati Babar menuju Saumlaki, warga pun bersama-sama membuat keriaan.
Persiapan keluar Babar sendiri menjadi cerita seru. Pada saat memutuskan pulang, kondisi di lapangan sudah lewat 1 kapal. Menurut informasi, baru minggu depan ada kapal datang dari Kupang. Andreas menambahkan, “Jadi saya menunnggu kapal lagi. Bisa menunggu kapal yang geser ke Kupang atau ke Ambon. Namun lebih aman dari Babar ke Ambon, 3 hari, naik kapal cepat. Kalo ke Kupang 5 hari. Sementara ke Surabaya 9 hari. Bisa berlumut di jalan itu.” Sambil menunggu kapal datang, Andreas banyak menghabiskan waktu dengan kegiatan kreatif yaitu memancing dan berburu. Sejarah Babar juga berhasil menarik perhatian pemuda ini. Di antaranya adalah kisah pembunuhan massal di Babar yang terjadi pada jaman jepang di sekitar daerah Emplawas, tepatnya 500 m dari Emplawas. Sejarah pembantaian tersebut diteliti dan dituangkan dalam skripsi yang ditulis oleh istri camat Babar. Kisahnya, saat itu ada tentara Jepang yang menggoda warga di sebuah warung. Karena warga marah, salah seorang tentara dibunuh dan yang lain berhasil kabur untuk kemudian kembali ke desa itu dengan membawa tentara yang lebih banyak. Semua masyarakat dikumpulkan di sepanjang garis pantai. Tiada yang tersisa di rumah. Warga barbaris dan ditembaki. Mati. Tak bersisa. Beberapa tahun kota itu sempat menjadi kota mati. Sampai saat ini kenangan tersebut diabadikan dalam sebuah monumen.
Setelah menunggu selama satu minggu, Andreas pun berhasil keluar dari Babar pada tanggal 15 Mei 2008 menuju Saumlaki dan bergerak ke Ambon. Pulang ke Jakarta adalah tujuan akhir perjalanannya sembari membawa sebundel catatan harian dari Babar.
Sekelumit perjalanan Andreas dalam 45 hari mungkin hanya dapat disajikan dalam beberapa paragraf saja. Kekuatan, keuletan, kesabaran, dan ketabahan para groundcrew di lapangan tentu bervariasi. Intinya mereka semua memberikan yang terbaik pada Ekspedisi Trike ini. Semangat kebersamaan, nasionalisme dan kebangsaan yang digaungkan oleh seorang Kang Ujang dari Sabang sampai Merauke pun dapat dimaknai oleh banyak masyarakat Indonesia di sepanjang jalur pendaratannya.

Tidak ada komentar: