4 Juni 2003, rani, ini buatmu!
hari ini petikan sang dawai terdengar menggema dalam ruangan sempitku
si pemetik dawai hanya terdiam sambil membuat jemarinya menari-nari di atas kerinduan dalam dawai yang terdalam saat ku dengar petikan yang terhenti dalam nada sumbangnya dan berlanjut saat sang dawai menanti tuk dipetik
malam mulai membungkus kerinduanku akan nyanyian sang dawai yang hanya dapat hidup saat tersentuh jemari tanpa kuku tajam yang sewaktu-waktu bisa menorehkan luka yang mendalam
petikan nada sumbang sang dawai mengingatkan aku akan rindu yang tiada habisnya dimakan waktu
yang terjauh dalam hatiku merasakan getar hangat rindu amat sangat yang tak kunjung terangkat dari dasar jiwa yang lekat oleh debu-debu di balik tulang belikat
getar sang dawai membawaku makin jauh dalam lautan di atas lautan yang bergejolak
sang dawai bersuara nyaring mendendangkan lagu renungan untuk kontemplasi
penyerahan diri yang tiada berakhir
si pemetik dawai makin terlena dalam nada pucat pasi
sang dawai menyebarkan rasa duka derita susah yang meraja lela dalam dunianya tanpa batas menuju kebebasan yang tak pernah terdefinisi sebagai kebabasan sejati
ketika kudengar sanga dawai masih keluarkan suaranya yang masih jernih
kurasakan sebagian besar lara sang dawai gitar yang tak pernah terbebas dalam kebenarannya
sang dawai tetap ada dalam kedukaanya yang paling berduka
sang dawai tetap ada dalam kerinduannya yang paling rindu
sang dawai tetap ada dalam kebebasannya yang paling bebas
hanya aku dan sang pemetik dawai yang masih akan berjuang lepaskan duka rindu dan kebebasan mencari makna hakiki
sang dawai mungkin mendengar doaku
sang dawai, bawa aku dan pemetikmu dalam batas yang tiada batas
agni malagina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar