Pesta Rakyat Bogor 2007--Cap Go Meh 2007,
bertepatan dengangerhana bulan. Bulan subuh taditertutup total....Bogor sejak tengah hari diguyur hujanyang cukup deras. Sore pun masih sajahujan rintik bulu-bulu halus. Soreatadi menjelang pukul 17.00, ViharaDhanagun/klenteng Ho Tek Bio dipadati warga Bogor, baik jemaah sembahyang, panitia acara, delegasi kesenian Liongdan Barong, delegasi kesenian sisingaan dan tanjidor, dan juga entah berapa banyak warga Bogor yang memadati ruas jalan Suryakencanasampai dengan jalan Siliwangi.
Pesta rakyat Bogor ini mungkin merupakan salah satu yang terbesardalam waktu 6 tahun ini. Sang MerahPutih diusung oleh 2 pemudi dengan bangganya. Diikuti oleh panji-panji pemerintah Bogor dan PMSTI. Lampion-lampion menjulang tinggi mengikutiSang Merah Putih dengan anggunnya.Tanjidor Babe Mali menempati urutanpertama pawai pesta ini. Babe Maliyang mengaku sering nangkring bersamaMandara dan Si Doel serta H. Bokir initersenyum lebar sambil menentengterompet yang sudah ia mainkan sejakusia 15 tahun. “Babe, ni neng, sudahikut arak-arakan Cap Gomeh ini daritaun lima puluan. Dulu pan ramee, kagaada larang-larangngan,” ungkap pemaintajidor gaek ini.Rombongan babe Mali kemudian diikutikelompok kecil pemain calung, dandilanjutkan dengan kelompok Sisingaandengan penari-penarinya yangberselendang kuning cantik menggoda.Dan rombongan terakhir yang palingpanjang adalah arak-arakan 9 Joli yangmengankut Toapekong (2 diantaranyadari Ungaran) diiringi Liong danBarongsay.Lebih dari 22 delegasi Barong danLiong yang tampil pada acara pawaiini. Ratusan peserta pawaimenyemarakkan suasana pesta ini. Bunyigenderang bertalu diriuhkan oleh bunyisimbal khas musik Cina.
Liukan nagaLiong yang sangat cantik dimainkanoleh minimal 10 orang yang tidakdibatasi usia. Ada Liong yangdimainkan oleh kelompok pemuda pemudi,ada yang dimainkan oleh manula, adapula yang dimaikan oleh anak-anak.Dalam harmoni gerak yang kompak,mereka menghidupkan geliat legendanaga di tanah Pajajaran. Barongsay puntak kalah lincah melompat, berguling,dan melonjak sambil mengedipkankelopak matanya yang warna-warni.Atraksi semburan api juga mewarnaiudara sore itu.Gelap datang merayap mendekatiMaghrib. Beberapa menit sebelum AdzanMaghrib berkumandang, serentak semuakegiatan pawai berhenti. Berhenti ditengah jalan. Musik berhenti, senimanduduk melepas lelah, Liong-liongmelingkar, Barongsay pun duduk manismenunggu waktu selesai solat maghrib.Malam sudah turun, genderangberkumandang, perjalanan dilanjutkan.Beberapa titik pemukiman membuat kejutan dengan meluncurkan kembang apiyang meledak di udara memecahdinginnya angin gunung Salak.Saat saya menjauh dari pawai danmenuju kelenteng Ho Tek Bio, saya sempat mencicipi lumpia bacah di depantoko ABC yang terkenal sedapnya karenadimasak dengan arang.
Kembali memasukikelenteng, ramai tak jua berkurang.Umat bersembahyang, sedangkan dihalaman kelenteng tampak warga Bogoryang menyaksikan ritual yang sedangdijalankan oleh umat. “Bapak, anak itulagi ngapain? Kok bakar-bakar kembangapi?” celoteh seorang anak kecil yangdigendong ayahnya. Sang ayahmenjawab, “mereka itu lagi sembahyang.Itu bukan kembang api. Namanya hio.Orang Cina sembahyang di kelenteng.”Saya hanya bisa tersenyum saat anakkecil itu berkata, “Kalo kitasembahyang di mesjid ya.”
Tak puasnya saya melihat nuansakemerahan dan bau hio yang terbakar.Saya kembali masuk kelenteng untukmengambil beberapa gambar. Berdiri didekat tempat menancapkan hio ada 2orang remaja yang membawa hio. Salahseorangnya bertanya,”Taro berapa ini?”Kawannya berkata,”Aduh..berapa ya?Lupa.” Dan saya pun menjawab,”Tigasaja.”Saat meninggalkan Ho Tek Bio, suasanadi jalanan sangat ramai. Entah beraparibu orang yang tumpah ruah disepanjang jalan Suryakencana yangditutup malam itu. Kendaraan hanyadapat melintasi jalan depan pintugerbang utama Kebun raya Bogor menujuarah Tugu Kujang dan Botani Square.Kemacetan tak terhindarkan. Entahberapa banyak manusia yang merayakanpesta rakyat ini.
salam,
agni malagina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar