Catatan yang terlupakan
Sebuah catatan kecil dari panggung auditorium gedung 9 FIB UI
Menjelang pukul dua siang tanggal 26 April 2007, saya sudah terhenyak di muka auditorium gedung 9 melihat x banner yang terpampang dengan jumawa.
Entah apa yang merasuki saya ketika melihat sosok wanita tampak angkuh sekaligus anggun terpampang dalam gambar itu. Semburat warna merah oranye hijau abu jadi satu kontras dengan ragam warna batik(belakangan saya baru tahu bahwa itu adalah karya Edward Hutabarat) yang dikenakan oleh model berkulit sawo matang itu.
Memasuki ruangan auditorium gedung 9, suasana sudah ramai, saya memegang agenda keren yang diberikan oleh Gudang Garam. Tak lama, moderator membuka acara, tak ada seorangpun yang mengisi 5 kursi sisa yang ada disamping sang moderator, Ibnu Wahyudi.
Ruangan gelap, muncul tayangan pada layar besar. Terpana. Terpaku. Terpukau. Dan akhirnya saya terjerembab. Saya berkomentar sendiri, sama hebatnya dengan iklan yang saya lihat di tv. Saya pernah melihat tayangan ini di tv sebelumnya…namun saat itu tak pernah saya mereasa seterpana seperti hari ini.
Sabang, Merauke, Dana, Rote….apa itu dana?
Rasanya dulu saya pernah belajar peta buta, tapi kenyataannya saya sekarang buta peta!
Dari sabang sampai merauke saya sering dengar.
Tapi dari dana sampai rote….rasanya tidak pernah ada dalam rekaman kosakata dalam kepala ini. Adanya dari timor sampai ke talaut.
Batas geografi Indonesia…yang paling barat, paling timur, paling utara, dan paling selatan pun mungkin banyak orang yang tidak tahu. Saya merasa terjerembab, pengetahuan saya tentang Indonesia ternyata hanya sebatas sabang sampai merauke.
Melihat tayangan yang diberi judul Indonesiaku Rumahku membuat saya merasa tertampar. Apa benar Indonesiaku ini adalah rumahku. Atau jangan-jangan Indonesiaku ini adalah rumahku karena aku tidak punya rumah yang lain? Terpaksa aku harus mengakui Indonesia ini sebagai rumahku?
bersambung...(lupaaa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar